Thursday, September 23, 2010

Paus Merana


TEMPO Interaktif, Wellington. Sebanyak 74 ekor paus pilot terdampar di bagian utara Selandia Baru. Ini adalah kejadian kedua dalam rentang dua bulan terakhir.
Laut berombak dan angin kencang mendorong kawanan paus itu ke karang-karang dan menyebabkan mereka cedera. "Tim penyelamat langsung menidurkan setiap paus yang bisa diraih," kata Patrick Whaley, manajer operasi Departemen Konservasi Selandia Baru, seperti dikutip CNN, Kamis (23/9).
Sisanya tenggelam di bagian terpencil pantai Spirits Bay. Petugas mengidentifikasi 25 ekor paus tidak berhasil diselamatkan. Lusinan lain dikuatirkan bernasib sama. "Miris melihat begitu banyak paus mati," ujarnya.
Agustus lalu, 49 paus pilot mati setelah terdampar di pantai Karikari, yang juga terletak di utara Selandia Baru. Hanya sembilan ekor yang berhasil diselamatkan.
Penyebab terdamparnya paus masih jadi misteri. Diantara sederet teori adalah perilaku kelompok, dimana jika ada satu anggota yang terkena bahaya, anggota kelompok lain akan mengikuti. Teori lain yang juga berkembang adalah paus-paus itu menghindari pemangsa, formasi pantai yang membingungkan dan kacaunya arah renang mereka akibat gangguan sonar manusia.
Source : tempointeraktif.com (23092010)
Picture : Associated Press (23092010)
=========================
=۞•.¸BLACK is BEAUTIFUL¸.•۞=
=========================

Friday, September 17, 2010

Posisi Jupiter Mencapai Titik Terdekat ke Bumi


TEMPO Interaktif, Cape Canaveral - Akan menjadi hari-hari terbaik untuk melihat Jupiter minggu depan di langit malam. Planet itu tidak akan tampak lebih besar atau lebih terang lagi sampai 2022.

Jupiter akan melewati jarak 368.000.000 mil dari Bumi Senin malam, jarak terdekat sejak 1963.
Anda dapat melihatnya di timur sekitar senja. Sekitar tengah malam, dia akan langsung di atas kepala. Itu karena Bumi akan melewati antara Jupiter dan matahari.

Planet terbesar di tata surya itu sudah muncul sebagai bintang yang sangat terang - tiga kali lebih terang dari bintang paling terang di langit, Sirius. Satu-satunya benda yang lebih terang di langit malam saat ini adalah bulan kita.

Teropong dan teleskop secara dramatis akan meningkatkan tampilannya saat Jupiter, bersama dengan bulan-bulannya, terbit di timur saat matahari terbenam.

"Jupiter begitu cerah saat ini, Anda tidak perlu peta langit untuk menemukannya," kata Tony Phillips, seorang astronom California yang dikontrak NASA. "Anda hanya perlu berjalan ke luar dan melihatnya. Itu sangat menarik."

Phillips tidak pernah melihat Jupiter begitu cerah. "Untuk seorang pengamat berpengalaman, perbedaannya adalah penting," katanya Jumat.

Kebetulan, Uranus juga akan mendekati bumi di malam yang sama. Dia akan muncul dekat dengan Jupiter namun sulit untuk melihat dengan mata telanjang. Melalui teleskop, ia akan bersinar seperti disk berwarna zamrud kurang dari satu derajat dari Jupiter.

Jupiter relatif dekat ke bumi sekitar setiap 12 tahun. Pada tahun 1999, dia sedikit lebih jauh. Hal yang langka saat ini adalah Uranus membuat penampilan terdekat pada saat yang sama, kata Phillips. Dia menyebutnya "peristiwa sekali dalam seumur hidup." Saat dilihat tepat di samping Jupiter melalui teleskop, Uranus akan berada 1,7 miliar kilometer dari Bumi pada Senin malam.

Phillips mendorong penikmat untuk tidak menyerah jika mendung Senin malam. Jupiter akan tetap relatif dekat selama berminggu-minggu, katanya, yang memberi kesempatan untuk melihat dengan baik untuk beberapa waktu. Dan bagi mereka yang bangun pagi, Jupiter akan terlihat di barat sebelum matahari terbit.

Source: tempointeraktif.com (18092010)

Picture: homepage.ntlworld.com (18092010)


========================
•۞•.¸BLACK is BEAUTIFUL¸.•۞
========================

Kapal Bertenaga Matahari Keliling Dunia


TEMPO Interaktif, Munchen - Hanya dengan energi yang diperoleh dari cahaya matahari, kapal sepanjang 30 meter dan seberat seekor paus ini berencana berlayar mengelilingi dunia dalam 160 hari. Namun perjalanan kapal yang dilengkapi dengan panel surya seluas 536 meter persegi--cukup untuk menutupi dua lapangan tenis--bukanlah kisah petualangan belaka, melainkan membawa misi untuk menunjukkan kepada dunia bahwa matahari bisa menghasilkan energi untuk semua aktivitas manusia.

Dalam peluncuran perdananya, akhir Maret lalu, kapal 85 ton itu terbukti mampu mengambang dengan baik di perairan Kiel di utara Jerman. Namun bisa mengapung saja tak cukup bagi kapal milik Immo Stroeher yang diberi nama Turanor itu.

Tantangan yang sebenarnya masih menghadang catamaran putih tersebut karena Turanor harus membuktikan bahwa kekuatan matahari dapat memasok sumber tenaga bagi planet kita. Turanor, nama yang terinspirasi dari bahasa peri dalam kisah fiksi "Lord of the Rings" karya JRR Tolkein, berarti " kekuatan matahari".

Tahun depan, setelah sejumlah tahap pengetesan yang intensif, kapal tersebut akan melakukan pelayaran perdananya, perjalanan mengelilingi dunia dimulai dan diakhiri di Monako. Dalam perjalanan yang diperkirakan berlangsung selama 160 hari itu, kedua awaknya berusaha mengejar matahari untuk menangkap sebanyak mungkin tenaga yang dipancarkan matahari dan menavigasikan Turanor pada kecepatan rata-rata 7,5 knot.

Dek kapal berlambung ganda sepanjang 31 meter karya mantan sopir ambulans Swiss Raphael Domjan itu dipenuhi oleh susunan panel photovoltaic. Panel surya lebih dari 600 meter persegi itu menutupi hampir seluruh permukaan catamaran tersebut.

Panel surya tambahan dipasang pada anjungan luar pada sisi kanan, kiri, dan buritan kapal. Seperti sepasang sayap, panel surya tambahan itu dapat dilipat ketika badai menyerang. Energi surya yang disimpan dalam baterai ion lithium terbesar di dunia itu akan menyalakan motor listrik yang hening dan bebas polusi.

"Misi kapten kapal adalah untuk mengejar matahari," kata Dany Faigaux, anggota PlanetSolar, tim Swiss yang berada di balik proyek ambisius ini. "Hingga saat ini, navigasi pelayaran ditentukan oleh tiga parameter gelombang, angin, dan pasang surut. Tapi kami menambahkan dua dimensi baru, yaitu cahaya matahari dan baterai ion lithium. Ini adalah bentuk baru dari manajemen energi."

Catamaran seharga Rp 146 miliar itu akan menyimpan energi ke dalam baterai setiap hari. Meski tak ada cahaya matahari, Turanor tetap dapat mengarungi samudra dengan kecepatan 7,5 knot (14 kilometer per jam) atau kecepatan rata-rata sebuah kapal tanker, selama tiga hari dengan energi yang tersimpan dalam baterai. Pada kecepatan yang lebih lambat, kapal itu dapat terus bergerak hingga 15 hari. Bentuk kapal catamaran dipilih karena kemampuannya menghemat energi. Dengan kedua lambungnya yang stabil, kapal itu dapat membelah ombak dan bukan menungganginya.

Pengejaran matahari akan dilakukan Turanor dengan mengikuti rute sepanjang khatulistiwa, untuk menyerap cahaya surya sebanyak mungkin. Tim pakar meteorologi Prancis akan membantu misi itu dengan memberikan saran jalur yang paling efisien sesuai dengan kondisi arus dan prakiraan cuaca.

Jika rute yang mereka lalui dinaungi awan mendung, para pakar cuaca ada kemungkinan akan merekomendasikan rute baru yang lebih cerah, termasuk bila jaraknya menjadi lebih jauh. "Ini sepenuhnya soal memaksimalkan efisiensi energinya," kata Faigaux.

Perjalanan sejauh 50 ribu kilometer yang harus ditempuh Turanor akan membawa kapal itu melintasi Samudra Atlantik, Terusan Panama, Pasifik, Samudra Hindia, dan Terusan Suez menuju Mediterania dalam 160 hari. Perjalanan tersebut semata-mata hanya untuk membuktikan potensi energi surya yang selama ini kurang dimanfaatkan dan tidak bertujuan merevolusi jalur perjalanan laut, karena teknologi tersebut membutuhkan kapal seringan mungkin sehingga tidak cocok untuk kapal kontainer yang berat.

"Kami ingin menjadi Phileas Fogg (karakter utama dalam kisah fiksi 'Around the World in 80 Days' karya Jules Verne-red) dari abad ke-21," kata Domjan, 38 tahun, pencetus proyek tersebut. "Berbeda dengan impian Jules Verne, proyek kami didedikasikan untuk menjaga lingkungan dan mempromosikan energi surya menggantikan bahan bakar fosil, serta memotivasi para insinyur dan ilmuwan untuk mengembangkan teknologi ini." Kebetulan pula, salah satu pelindung proyek ini adalah Jean Verne, cucu pengarang Prancis tersebut.

Domjan menyatakan bahwa seluruh teknologi yang ada dalam kapal itu telah tersedia dan dapat diperoleh dengan mudah di pasaran. "Bukan hanya ada dalam laboratorium, dan semuanya juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan normal sehari-hari," katanya.

Dalam perjalanan hampir setengah tahun itu, Domjan akan didampingi oleh Gerard d'Aboville, pelaut kawakan yang menjadi orang pertama yang mendayung menyeberangi Samudra Atlantik pada 1980. "Kami harus mempelajari bentuk baru navigasi ini," katanya. "Ini sangat berbeda dengan tantangan lain yang pernah saya hadapi, sehingga menjadi begitu menarik. Ini menyimbolkan masa depan energi surya."

Source: tempointeraktif.com (17092010)

Gambar: designnews.com (17092010)


========================
•۞•.¸BLACK is BEAUTIFUL¸.•۞
========================

The Oceanic Cameleon


TEMPO Interaktif, San Fransisco - Paul si gurita, peramal berkaki delapan yang jitu menebak juara Piala Dunia, bukanlah satu-satunya cephalopoda berbakat di laut. Gurita peniru Indonesia, yang dapat menyamar seperti ikan sebelah dan ular laut untuk mengusir predator yang berani mendekat, memiliki bakat yang jauh lebih mengagumkan.

Dengan mengatur kaki-kakinya, memperlihatkan pola warna mencolok, serta mengadopsi gerakan naik-turun seperti gelombang, gurita peniru (Thaumoctopus mimicus) dapat menyerupai tak hanya satu binatang laut lainnya, tapi juga hingga 13 spesies berbeda. Beberapa jenis binatang tersebut adalah organisme beracun yang ditakuti hewan pemangsa gurita.

Kini, sejumlah ilmuwan dari California Academy of Sciences di Los Angeles, Amerika Serikat, dan Conservation International Indonesia berhasil mengungkap rahasia bagaimana gurita tersebut memiliki kemampuan mimikri--mengubah warna dan bentuk tubuhnya--untuk meniru ular laut sampai ikan pari. Berdasarkan analisis DNA hewan bertubuh lunak itu, mereka dapat mengetahui proses evolusi yang membuat gurita sepanjang 60 sentimeter tersebut beradaptasi menjadi ahli penyamaran. Hasil riset mereka dilaporkan dalam Biological Journal of the Linnean Society edisi September 2010.

Tak berbeda dengan kerabatnya, gurita peniru juga mahir menyembunyikan diri dari predator lapar dengan membaurkan tubuhnya dengan lingkungan di sekelilingnya. Meski demikian, gurita ini kerap memilih memamerkan bakatnya menyamar daripada bersembunyi. Bukannya menenggelamkan diri di balik pasir, gurita peniru justru membuat dirinya makin mencolok bagi pemangsanya dengan memanfaatkan pola warna tubuh belang cokelat dan putih untuk meniru ikan sebelah, ikan lionfish, atau ular laut.

Manuver berani mati itu diperkirakan membantu Thaumoctopus mimicus membuat predatornya bingung atau ketakutan. Amat jarang ada binatang yang mengembangkan strategi pertahanan berisiko tinggi seperti itu sehingga mendorong para ilmuwan mengadakan riset genetik untuk meneliti kekuatan evolusioner yang memicu perilaku gurita peniru dan kerabatnya. Mereka memfokuskan penelitian pada kemampuan gurita yang hidup di perairan berlumpur itu untuk memipihkan lengan dan kepala serta berenang di sepanjang dasar laut, seperti seekor ikan sebelah, sambil terus-menerus memamerkan corak warna cokelat dan putih di sekujur tubuhnya.

Menggunakan penguraian fragmen DNA untuk menjabarkan konstruksi genealogi gurita peniru dan lebih dari 35 kerabatnya, para peneliti menemukan beberapa ciri kunci yang berkembang dalam garis keturunan gurita peniru. Nenek moyang T. mimicus secara bertahap mulai mengembangkan penggunaan corak warna cokelat dan putih yang mencolok dan memanfaatkannya sebagai strategi pertahanan sekunder untuk mengejutkan predator jika taktik kamuflasenya gagal.

Setelah mengembangkan pola warna, para leluhur gurita dari perairan Sulawesi dan Bali itu mulai mempelajari teknik berenang ikan sebelah yang berbentuk pipih dengan memanfaatkan lengan panjangnya untuk mendukung gerakan itu. Akhirnya, gurita peniru menggabungkan kedua bentuk adaptasi itu secara bersamaan. Pola warna yang mencolok dipamerkan ketika dia meniru ikan sebelah, baik ketika mencari makan yang jauh dari sarangnya maupun ketika beristirahat. Dalam istilah evolusioner, langkah terakhir ini merepresentasikan pergeseran yang amat riskan dalam strategi pertahanan.

"Beberapa gurita kerabat dekat T. mimicus menggunakan warna-warna kalem dan mekanisme kamuflase yang cukup sukses menyembunyikan mereka dari predator," kata Dr Christine Huffard, Marine Conservation Priorities Advisor di Conservation International Indonesia. "Mengapa T. mimicus justru bersikap provokatif, berulang kali mengabaikan kemampuan kamuflase yang diwarisinya dari nenek moyangnya serta memilih memamerkan pola warna baru yang mencolok?"

Huffard menduga seleksi alam membuktikan bahwa dengan bersikap nekat dan menonjolkan diri justru membantu T. mimicus bertahan hidup dan sukses bereproduksi dibanding nenek moyangnya yang lebih "pemalu." "Sampai akhirnya gurita peniru ini berkembang menjadi garis keturunan berbeda," katanya.

Para ilmuwan menduga beberapa kemungkinan untuk menjelaskan mengapa corak warna tegas itu menguntungkan. Warna mencolok itu mungkin mengelabui predator, membuat hewan pemangsa itu berpikir bahwa gurita di hadapannya adalah ikan sebelah beracun, semisal peacock sole (Pardachirus pavoninus) atau zebra sole (Zebrias spp.). Pewarnaan itu mungkin juga menyamarkan tubuh gurita terhadap dasar laut berpasir hitam dan putih, atau sebagai sinyal peringatan bahwa daging gurita peniru tidak enak.

"Penampilan T. mimicus ketika meniru ikan sebelah jauh dari sempurna, namun bentuk imitasi itu mungkin cukup untuk mengecoh predator di habitatnya di pusat biodiversitas laut dunia," kata Dr Healy Hamilton, Direktur Center of Applied Biodiversity Informatics di California Academy of Sciences. "Gurita-gurita ini dapat memanipulasi pola warna mereka sehingga mirip, bukan sama persis, dengan berbagai ikan sebelah, baik toksik maupun nontoksik, di wilayah itu. Ketika binatang pemangsa itu terkejut, gurita dapat melarikan diri."

Gurita peniru asal perairan Indonesia ini baru dideskripsikan oleh para ilmuwan pada 1998, sehingga tak banyak informasi yang diketahui tentang perilaku binatang tersebut. Riset mendatang akan difokuskan pada pengamatan gurita tersebut di alam, sehingga para ilmuwan dapat menemukan alasan mengapa spesies ini mengembangkan pewarnaan tegas dan lebih memahami untung rugi strategi mimikri tersebut.

"Studi ini mengingatkan kita bahwa evolusi tidak memiliki ujung, namun merupakan proses yang terus berlanjut," kata Huffard. "Gurita ini akan terus berubah sepanjang kita bisa melindungi mereka dan habitatnya dari ancaman, seperti penggunaan pukat, reklamasi lahan, dan limpasan."


Source: tempointeraktif.com (02092010)

Picture: scuba-equipment-usa.com (18092010)



=========================
•۞•.¸BLACK is BEAUTIFUL¸.•۞
=========================

Thursday, September 16, 2010

Bintang Kanibal



TEMPO Interaktif
, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA menemukan bintang "kanibal", bintang ini diduga memakan bintang-bintang yang ada di dekatnya.

Bintang raksasa merah berusia milyaran tahun ini disebut BP Piscium. Bintang ini diperkirakan suka menelan bintang muda. BP Piscium terletak Matahari 1.000 tahun cahaya di konstelasi Pisces. NASA menemukannya dengan bantuan observatorium sinar-X Chandra.

Para ilmuwan mulai mempelajari bintang ini sejak 15 tahun yang lalu. Mereka takjud dan heran dengan penampilan bintang yang tidak biasa.

Astronom terkemuka percaya bahwa bintang ini adalah raksasa merah, bintang yang mengalami evolusi tahap akhir. Mereka menyimpulkan bahwa debu dari materi terbentuk dari sisa-sisa bintang muda yang telah dikonsumsi dan "dicerna".

Profesor Joel Kastner dari Institut Teknologi Rochester, New York, mengatakan para peneliti telah menemukan kasus langka dari "kanibalisme bintang". "Dasar spekulasi kami setelah mengamati bintang tepat pada titik di mana dia menelan pendampingnya dan membentuk cakram," kata Kastner.

Para ilmuwan percaya bahwa Bumi suatu hari nanti bisa menjadi korban nasib yang sama tetangga malang BP Piscium's.

David Rodriguez dari University of California, Los Angeles, mengatakan Bintang ini menunjukkan kepada kita bahwa bintang seperti matahari kita bisa hidup tenang selama milyaran tahun, tetapi ketika mereka pergi, mereka bisa mengambil bintang atau planet.

source: tempointeraktif.com (16092010)
picture: nasa.gov (16092010)

===========۞•.¸BLACK is BEAUTIFUL¸.•۞===========